Industri Aftermarket Otomotif Indonesia, yang mencakup suku cadang, aksesori, modifikasi, dan jasa perawatan pasca-penjualan, merupakan sektor bernilai triliunan rupiah yang sering kali terabaikan. Meskipun kurang dilirik dibandingkan penjualan mobil baru (OEM), industri ini menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat besar, didorong oleh peningkatan usia kendaraan di jalan, kemajuan teknologi, dan lonjakan frekuensi konsumen yang mencari personalisasi.
Pangsa pasar global aftermarket didominasi oleh negara seperti Tiongkok. Indonesia, dengan populasi kendaraan yang masif, seharusnya mampu menjadi pemain kunci. Sayangnya, industri lokal masih belum sepenuhnya memanfaatkan peluang ini. Pelaku usaha dalam negeri didorong untuk lebih proaktif dalam memahami tren terkini, seperti digitalisasi rantai pasok dan permintaan untuk komponen performa tinggi atau suku cadang untuk kendaraan listrik.
Aftermarket merupakan ekosistem yang kompleks, melibatkan produsen komponen, distributor, hingga bengkel modifikasi. Perkembangan teknologi, terutama e-commerce, telah merevolusi cara produk aftermarket didistribusikan dan diakses oleh konsumen, memotong jalur distribusi tradisional dan membuka peluang bagi merek-merek lokal untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Bagi investor dan pelaku industri, aftermarket menawarkan ruang tumbuh yang kompetitif dan stabil, bahkan saat pasar mobil baru melambat. Kunci suksesnya adalah fokus pada kualitas dan inovasi. Komponen lokal harus mampu bersaing dari segi mutu dengan produk impor, sekaligus menawarkan solusi yang spesifik untuk kebutuhan dan karakteristik kendaraan di Indonesia.
Kesimpulannya, industri aftermarket otomotif adalah tambang emas yang menanti diolah. Dengan dukungan regulasi yang tepat, peningkatan daya saing industri komponen lokal, serta adaptasi terhadap teknologi dan tren modifikasi, aftermarket dapat menjadi penopang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional di luar sektor penjualan mobil utama.

