Intisari: Bank Indonesia (BI) berada di persimpangan jalan, harus menyeimbangkan kebijakan moneter yang ketat untuk mengendalikan inflasi, sementara di saat yang sama, tetap mendukung pemulihan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Kenaikan suku bunga acuan adalah alat utama untuk menjaga stabilitas harga dan nilai tukar Rupiah, namun BI juga menggunakan kebijakan makroprudensial yang akomodatif untuk memastikan likuiditas tetap mengalir ke sektor riil.
- Dilema Kebijakan Moneter di Tengah Ketidakpastian Global: Di tengah tekanan inflasi global yang dipicu oleh kenaikan harga energi dan pangan, Bank Indonesia (BI) dihadapkan pada tugas berat: menjaga stabilitas moneter tanpa mencederai laju pertumbuhan ekonomi. Keputusan menaikkan suku bunga acuan (BI-Rate) menjadi senjata utama untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan menarik modal asing, sekaligus memperkuat nilai tukar Rupiah.
- Peran Suku Bunga sebagai Alat Pengendali Inflasi: Kenaikan suku bunga adalah langkah klasik dalam kebijakan moneter kontraktif. Tujuannya adalah mengurangi permintaan agregat dan menahan laju uang beredar di masyarakat, yang pada akhirnya akan meredam tekanan harga. Namun, risiko overshooting yang dapat menghambat investasi dan konsumsi perlu diwaspadai, menjadikannya keputusan yang harus diambil secara terukur dan hati-hati.
- Mengintegrasikan Makroprudensial untuk Pertumbuhan: Untuk meminimalkan dampak negatif kenaikan suku bunga terhadap pertumbuhan, BI menggunakan kebijakan makroprudensial yang akomodatif. Langkah-langkah seperti pelonggaran rasio pembiayaan atau dukungan likuiditas bertujuan memastikan sektor riil, seperti UMKM dan properti, tetap mendapat akses ke pembiayaan, sehingga mesin pertumbuhan ekonomi tetap berjalan.
- Koordinasi dengan Fiskal dan Inflasi Inti: Keberhasilan BI tidak berdiri sendiri. Koordinasi erat dengan kebijakan fiskal pemerintah (Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah/TPIP/TPID) sangat penting, terutama dalam mengelola inflasi volatile food dan administered price. Fokus BI tetap pada pengendalian inflasi inti, sementara pemerintah fokus pada sisi pasokan dan logistik.
- Kesimpulan: Keseimbangan Kritis Menuju Stabilitas: Kebijakan moneter BI adalah seni menyeimbangkan dua tujuan yang bertentangan. Dengan komunikasi yang jelas, langkah yang terukur, dan instrumen yang beragam, BI berupaya keras agar Indonesia dapat melewati badai inflasi global. Tujuan akhirnya adalah menciptakan lingkungan ekonomi yang stabil di mana inflasi terkendali, dan pertumbuhan ekonomi tetap solid dan berkelanjutan.

