Pekerja Migran Indonesia (PMI) adalah Pahlawan Devisa yang kontribusinya vital bagi ekonomi nasional. Ironisnya, di balik peran strategis tersebut, mereka masih menghadapi berbagai tantangan perlindungan, mulai dari eksploitasi, kekerasan, hingga masalah legalitas, terutama bagi yang berangkat melalui jalur non-prosedural. Data BP2MI menunjukkan jutaan PMI legal, namun Bank Dunia mengestimasi angka yang jauh lebih besar, menegaskan urgensi perbaikan tata kelola migrasi.
Isu perlindungan PMI yang suboptimal ini mendorong pemerintah dan berbagai pihak terkait untuk mengambil langkah konkret. Fokus utama kini adalah menciptakan Ekosistem Migrasi Aman yang berlandaskan hukum dan menjamin hak-hak pekerja, mulai dari rekrutmen hingga kepulangan. Kolaborasi antar kementerian, lembaga, dan asosiasi menjadi kunci untuk meminimalisir peran calo ilegal yang kerap menjerumuskan calon pekerja.
Masa depan PMI sangat bergantung pada peningkatan kualitas dan kompetensi. Program pelatihan vokasi dan sertifikasi global harus diperkuat agar PMI tidak lagi dominan di sektor informal, melainkan mampu mengisi pekerjaan terampil dengan upah yang lebih layak. Dengan bekal keahlian yang mumpuni, PMI akan memiliki daya tawar yang lebih tinggi dan perlindungan diri yang lebih baik di negara penempatan.
Di sisi lain, peranan negara penempatan dan perjanjian bilateral perlu dipertegas untuk memastikan adanya mekanisme pengaduan dan perlindungan hukum yang efektif. Selain itu, aspek mental dan kesejahteraan keluarga PMI di tanah air juga mulai menjadi perhatian, dengan program-program pembekalan psikososial untuk membangun ketahanan mental keluarga yang ditinggalkan.
Secara keseluruhan, visi masa depan PMI adalah bertransisi dari sekadar “pahlawan devisa” menjadi Tenaga Kerja Berdaya Saing Global yang bermartabat dan terlindungi secara penuh oleh negara. Pengelolaan migrasi yang aman, legal, dan fokus pada peningkatan skill adalah investasi jangka panjang untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional yang adil dan berkeadilan bagi seluruh anak bangsa.

