Hubungan dagang Amerika dengan negara-negara Asia kembali memanas. Tariff, larangan ekspor, hingga perang teknologi membuat situasi semakin tegang.
AS menargetkan Tiongkok dengan pembatasan ekspor chip canggih, untuk menghambat ambisi teknologi Beijing. Sebagai balasan, Tiongkok membatasi ekspor mineral penting yang dibutuhkan industri global.
Dampaknya terasa luas. Harga barang elektronik melonjak, rantai pasok global terganggu, dan banyak perusahaan multinasional harus mencari alternatif produksi.
Negara Asia lain seperti Vietnam, India, dan Indonesia justru mendapat keuntungan. Banyak pabrik pindah ke negara-negara ini untuk menghindari tarif tinggi.
Namun, ketidakpastian jangka panjang membahayakan ekonomi global. Investor ragu menanam modal karena takut terkena imbas perang dagang.
Pakar menilai, perang dagang ini tidak akan menghasilkan pemenang sejati. Kedua pihak sama-sama rugi, sementara dunia ikut merasakan dampaknya.
Kesimpulannya, perang dagang Amerika-Asia adalah pertarungan kekuatan yang lebih besar dari sekadar ekonomi. Ia mencerminkan perebutan dominasi teknologi dan geopolitik di abad ke-21.