Ekosistem digital Indonesia, dari startup decacorn hingga infrastruktur pemerintah, berjalan di atas fondasi software open-source. Sistem operasi (Linux), database (MySQL, PostgreSQL), dan framework pengembangan (React, Node.js) adalah beberapa contoh teknologi terbuka yang digunakan secara masif.
Meskipun Indonesia adalah salah satu konsumen teknologi open-source terbesar di dunia, kontribusi baliknya (menjadi kontributor) masih relatif kecil. Sebagian besar pengembang lokal masih berada di posisi pengguna, belum banyak yang aktif berkontribusi code ke proyek-proyek open-source global.
Namun, kesadaran akan pentingnya berkontribusi mulai tumbuh. Komunitas-komunitas pengembang lokal (seperti di GitHub, grup Telegram, atau Discord) semakin aktif mendorong anggotanya untuk tidak hanya memakai, tetapi juga ‘memberi kembali’, baik dalam bentuk kode, dokumentasi, maupun pelaporan bug.
Pemerintah dan universitas memiliki peran strategis untuk mendorong budaya open-source. Dengan memprioritaskan penggunaan dan kontribusi pada software terbuka, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada software berbayar (lisensi), meningkatkan keamanan siber, dan membangun kedaulatan digital.
Mendorong ekosistem open-source adalah investasi talenta. Semakin banyak pengembang Indonesia yang diakui di panggung global sebagai kontributor andal, semakin kuat pula reputasi dan kemampuan ekosistem teknologi nasional dalam menciptakan inovasi orisinal.

